Sebagai seorang ibu begitu melihat anak laki-lakinya sakit
pasti akan langsung membawanya ke dokter spesialis anak agar mendapatkan perawatan yang terbaik, begitupun dengan ku. Haidar
(6tahun) adalah anak kedua dari aku dan suami, begitu kehilangan anak pertama
aku langsung lebih aware begitu di karuniai anak laki-laki yang sudah bisa
makan sendiri ini.
Semua yang terbaik ingin aku berikan untuknya, mulai dari
aku berhenti bekerja sampai membawa Haidar selalu ke dokter anak mulai dari
imunisasi, control dan sakit. Ternyata membawa anak laki-lakiku ke dokter
spesialis anak adalah bukan hal yang terbaik apalagi dokter spesialis anak
selalu memberikan anak laki-laki yang suka main bola ini antibiotic setiap
sakit, mau itu sakit batuk, pilek atau demam.
Dulu sih aku piker dokter spesialis anak ini cocok dengan
Haidar karena ketika sakit dan di bawa ke dokter hanya dalam beberapa hari
Haidar sembuh tapi tidak lama kemudian dalam jangka waktu 1-2 bulan Haidar
sakit kembali dan aku bawa kembali ke dokter. Dulu sih pikiran ku karena anak
sebelum umur 5tahun masih rentan sakit tapi ternyata setelah aku mengikuti
Gathering Blogger and Journalist “Be Smart and Fun with Pharmacists” semua itu
salah besar.
Yes ternyata yang membuat anak laki-laki ku sering sakit ini
selalu diberikan antibiotik, padahal kalau hanya batuk, pilek dan demam
sebaiknya tidak perlu diberikan antibiotic karena antibiotik sebaiknya
diberikan untuk pasien yang terkena bakteri sedangkan batuk, pilek dan demam
sendiri disebabkan oleh virus.
Betapa terkejut dan merasa bersalahnya aku memberikan yang
salah kepada anak laki-laki yang suka makan cokelat ini. Salah nya aku yang
kurang bertanya, kurang kritis dan selalu menganggap dokter pintar serta
mempercayai semuanya kepada dokter tanpa bertanya. Padahal sebenarnya obat itu
diberikan oleh apoteker bukan dokter.
Memang tidak ada kata terlambat untuk mendapatkan informasi,
senangnya aku bisa hadir di acara yang penuh dengan ilmu ini. Sekarang aku
lebih tahu kalau di berikan obat sebaiknya tanya terlebih dahulu kepada
apoteker. Tugas seorang apoteker tuh bisa di bilang dari hulu ke hilir, bahkan
seorang apoteker memiliki kewenangan untuk mengganti obat, apabila obat yang
kita inginkan tidak ada dapat di ganti dengan kandungan yang sama hanya saja
berbeda merek.
Agar apoteker lebih di kenal pada tahun 2014 lalu para
apoteker sudah menggenakan jas putih untuk identitasnya. Kadang juga walaupun
sudah diberikan obat sakit yang kita derita masih belum sembuh, itu bisa jadi
kita salah dalam penggunaan obat dan penyimpanan obat itu sendiri.
Seperti aku misalnya kadang suka nakal, minum obat maag
sebaiknya sebelum makan tapi aku minum sesudah makan nah itu obat tidak
berfungsi dengan baik. Yang paling penting kita harus tanya lima O ketika
mendapatkan obat, yaitu :
- Obat ini apa nama dan kandungan nya?
- Obat ini apa khasiat nya?
- Obat ini berapa dosis nya?
- Obat ini bagaimana cara menggunakan nya?
- Obat ini apa efek samping nya?
Kita juga harus selalu mengingat logo yang ada di dalam obat,
mulai dari obat bebas terbatas yang berlogo bulat biru, obat bebas yang berlogo
bulat hijau, obat keras bulat merah da nada hurf k di dalam bulat merah
tersebut. Dalam memilih obat ada beberapa hal yang harus kita perhatikan,
diantaranya :
- Kandungan zat berkhasiat, bukan merek dagang obat
- Riwayat alergi atau sensitive terhadap obat
- Kondisi hamil atau berencana hamil. Beberapa obat dapat mempengaruhi janin dan menyebabkan cacat pada bayi
- Kondisi menyusui. Beberapa obat dapat masuk dalam ASI dan menimbulkan efek buruk pada bayi
- Harga eceran tertinggi (NET) obat
- Bentuk sediaan. Pilihlah yang paling sesuai untuk digunakan dengan baik dan benar
- Kondisi sedang menggunakan obat. Karena dapat berinteraksi dengan obat lain, tanyakan pada apoteker
Selain memperhatikan cara memilih obat yang benar kita juga
harus tahu bagaimana cara menggunakan, menyimpan dan membuang obat yang benar. Cara
menggunakan obat yang benar, yaitu :
- Baca aturan pakai sebelum menggunakan obat
- Gunakan obat sesuai aturan pakai, Dosis (gunakan sendok takar) , Rentang waktu (3X1, minum selama rentan waktu 8 jam) dan Lama penggunaan obat (3-5hari)
- Obat bebas dan obat bebas terbatas tidak digunakan secara terus menerus. Jika sakit berlanjut segera hubungi dokter
- Hentikan penggunaan obat apabila timbul efek yang tidak diinginkan. Segera ke fasilitas pelayanan kesehatan
- Tidak menggunakan obat orang lain meski gejala sakitnya sama, aku sering banget nih minta obat pak suami kalau lagi pusing ternyata itu tidak boleh karena beda dosis antara kita dan orang lain
- Tanyakan ke apoteker untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap
Menggunakan obat dengan yang benar insya allah kita akan
segera sembuh. Sedangkan cara
penyimpanan obat yang benar ada 2 cara, yaitu secara umum dan khusus, kalau
secara umum sendiri :
- Tidak melepas etiket pada wadah obat, karena tercantum nama, cara penggunaan, dan informasi penting lainnya
- Perhatikan dan ikuti aturan penyimpanan pada kemasan
- Letakkan obat jauh dari jangkauan anak
- Simpan obat dalam kemasan asli dan wadah tertutup rapat
- Tidak menyimpan obat di dalam mobil dalam jangka lama karena suhu tidak stabil dalam mobil dapat merusak obat
- Perhatikan tanda-tanda kerusakan obat dalam penyimpanan. Misal : perubahan warna, bau dan terjadi penggumpalan
Sedangkan secara khusus penyimpanan obat sendiri, yaitu :
- Tablet dan kapsul tidak disimpan di tempat panas atau lembab
- Obat sirup tidak disimpan dalam lemari pendingin
- Obat untuk vagina (ovula) dan anus (suppositoria) disimpan di lemari pendingin (bukan pada bagian freezer) agar tidak meleleh pada suhu ruangan
- Insulin yang belum digunakan disimpan di lemari pendingin. Setelah digunakan disimpan di suhu ruangan
- Obat bentuk aerosol/spray tidak disimpan di tempat bersuhu tinggi karena dapat meledak
Wah benar-benar pengetahuan yang baru aku tahu sekarang,
biasanya aku asal saja menyimpan obat semua aku masukkan ke dalam lemari
pendingin, ternyata tidak semua obat bisa di simpan di lemari pendingin. Sedangkan
cara membuang obat yang benar adalah :
- Pisahkan isi obat dari kemasan
- Lepaskan etiket dan tutup dari wadah/botol/tube
- Buang kemasan obat (dus/blister/strip/bungkus lain) setelah di robek atau digunting
- Buang isi obat sirup ke saluran pembuangan air (jamban) setelah diencerkan. Hancurkan botolnya dan buang ke tempat sampah
- Buang obat tablet atau kapsul di tempat sampah setelah di hancurkan
- Gunting tube salep/krim terlebih dahulu dan buang secara terpisah dari tutupnya di tempat sampah
- Buang jarum insulin setelah dirusak dan dalam keadaan tutup terpasang kembali
Agar lebih mudahnya sih kita hanya perlu mengingat DAGUSIBU,
DApatkan, GUnakan, SImpan dan BUang. Yuk ah mulai sekarang kita jadi masyarakat
yang CerMat, Cerdas Menggunakan Obat untuk kesehatan diri sendiri dan
orang-orang yang kita sayangi.
Mulai sekarang kalau ke apotik tanya, apakah ada
apotekernya atau tidak agar kita bisa bertanya obat yang akan kita beli ke
apoteker jangan tanya lagi obat yang bagus apa? Ada diskon apa tidak? Hehehe. Biasanya
aku juga selalu bertanya begitu tapi setelah tahu aku akan berubah demi
kebaikan.
Beruntungnya anak-anak yang masih bisa diberikan gizi yang cukup. Banyak anak-anak Indonesia diluar sana yang belum bisa mendapatkan hak mereka di usia mereka. Banyak menjadi korban perceraian, perang antar suku, bencana, sehingga mereka tidak bisa menikmati masa bermain mereka. Bahkan banyak diantaranya yang ditelantarkan, dibuang, sehingga gizi juga tidak tercukupi. Namun ada UNICEF lembaga PBB dunia yang bergerak di bidang sosial perlindungan anak-anak dan perempuan. Mereka sudah lama menjaga anak-anak Indonesia dan membantu mendapatkan hak mereka, kita pun juga bisa membantunya dengan donasi melalui mereka. Tapi banyak dari kita yang takut donasi di UNICEF karena takut tidak tahu cara berhenti donasi UNICEF. Padahal itu perkara yang mudah kok, yuk bergerak bantu anak-anak Indonesia.
BalasHapus