Pernah terpikir kah oleh kita semua bagaimana cara proses
kita mendapatkan pangan, mulai dari mencari lahan, menanam sampai tumbuh dan
bisa kita nikmati untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kalau Mama Wie sih
jujur aja tidak pernah, tahunya tinggal menikmati saja.
Nah hari ini mata Mama Wie terbuka karena hadir dalam
Rakornas Bidang Agribinis, Pangan & Kehutanan dan Pengolahan Makanan &
Industri Peternakan. Acara yang berlokasi di Hotel Indonesia Kempinski ini
bertema “Produktivitas dan Daya Saing Pertanian dan Industri Pangan”.
Ketahanan pangan masih menjadi fokus utama Pemerintah
Indonesia dikarenakan masih terdapat sejumlah tantangan, antara lain
peningkatan produktivitas pangan di tengah jumlah populasi yang terus
meningkat. Karena pangan adalah kebutuhan dasar manusia dan pemenuhannya jadi
hak asasi rakyat Indonesia dan itu diatur Undang – Undang No. 18/2012 tentang
pangan.
Menurut Franky O. Widjaja, Wakil Ketua Umum KADIN Bidang
Agribisnis, Pangan, dan Kehutanan, tahun 2045 jumlah populasi dunia diperkirakan
akan menembus 9 miliar jiwa. Sementara itu, populasi penduduk Indonesia akan
mencapai 350 juta jiwa. “Artinya, kita harus bisa meningkatkan produksi pangan
secara signifikan untuk bisa memenuhi kebutuhan pangan nasional”.
Sedangkan untuk meningkatkan produksi pangan tersebut
memerlukan bibit tanaman pangan yang unggul dan berproduksi tinggi. Tapi,
kondisi perbibitan dan pembenihan komoditas pangan saat ini masih belum
terkoordinasikan secara baik. Bibit dan benih yang beredar saat ini masih sangat
beragam dan banyak yang belum terstandarisasi bahkan kadang-kadang hilang
dipasaran. Karena bibit dan benih yang bersertifikat masih sangat terbatas
sehingga berakibat pada harga yang cukup mahal, dan banyaknya impor bibit untuk
memenuhi kekurangan pasokan. Padahal banyak bibit impor yang tidak sesuai
dengan kebutuhan para petani itu sendiri.
Pemerintah sendiri perlu mengeluarkan paying kebijakan yang
mengatur tentang perbibitan dan pembenihan komoditas pangan secara nasional
agar dapat terkoordinasi mulai dari pengadaan, pendistribusian, penyimpanan
hingga cara menanamnya, menurut Franky.
Para petani juga perlu diberikan edukasi bagaimana
penggunaan pupuk berimbang untuk sejumlah komoditas serta meningkatkan
produktivitas pertanian. Selain itu, pemanfaatan teknologi pertanian yang tepat
juga semakin penting untuk mentransformasi pertanian nasional di tengah
perubahan iklim. Apalagi saat ini perubahan iklim sangat signifikan yang
membuat hama tanaman meningkat.
“Strategi industrialisasi berbasis agroindustri perlu
dipersiapkan dengan matang. Sama halnya dengan strategi daya saing ekspor
unggulan kita. Memproses dan mengolah produk hasil pertanian menjadi
barang-barang setengah jadi atau produk final yang dapat langsung dikonsumsi
atau dipakai,” ungkap Franky yang juga Ketua Dewan Pengarah Rakornas.
Menurut Data Kementerian Perindustrian menyebutkan sektor
makanan menjadi penyumbang utama penanaman modal dalam negeri (PMDN) senilai Rp
7,1 triliun, dan kedua terbesar penanaman modal asing (PMA) senilai US$
376 juta pada kuartal I/2019. Pada periode-periode sebelumnya, sektor makanan
juga menjadi salah satu contributor utama investasi, terutama untuk PMDN.
Juan P. Odoe sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Bidang
Pengolahan Makanan dan Industri Peternakan menekankan pentingnya pertumbuhan
investasi di subsektor pangan. Juga perlunya infrastruktur pembiayaan perbankan
yang lebih inovatif dan kreatif, sehingga mempermudah akses permodalan kepada
petani dan peternak dengan skema perkreditan yang lebih kompetitif dan dapat
menciptakan nilai tambah keuntungan bagi petani dan peternak.
“Kita harapkan investasi di sector pangan terus tumbuh,
tentunya ini perlu didorong dengan kebijakan fiscal dan insentif yang baik,
karena akan berpengaruh banyak pada keberlanjutan pertanian dan industri makanan,”
tambah Juan.
Dalam Rakornas kali ini ada sekitar 200 peserta yang terdiri
dari pemerintah, asosiasi, dan himpunan bisnis, petani, korporasi, perbankan
dan lembaga keuangan hingga anggota parlemen dan undangan lainnya untuk
bersama-sama merumuskan rekomendasi untuk mensinergikan program dunia usaha.
Semoga kedepannya produksi pangan jauh lebih baik sehingga
kita semua dapat menikmatinya. Bahkan para petani mulai saat ini sudah bisa
diajak menjadi pengusaha karena memang dari tangan-tangan mereka kita dapat
menikmati pangan yang baik.
Indonesia negara yang subur. Semoga industri pangan bisa maksimal.
BalasHapus