Sebagai seorang blogger membaca buku sudah menjadi kewajiban
serta rutinitas aku setiap hari untuk menambah pengetahuan dan wawasanku. Membaca
buku sih sudah sering aku dan teman-teman lakukan bukan? Tapi pernahkan teman-teman
membedah sebuah buku?
Kalau aku sih terus terang saja belum pernah membedah sebuah
buku bahkan sampai tulisan ini di turunkan aku belum pernah membedah buku. Sebenarnya
sih aku ingin sekali mengikuti acara membedah buku tapi mungkin belum ada waktu
serta kesempatan aku untuk membedah buku itu sendiri.
Nah kemarin tuh aku mendapatkan kesempatan dari seorang
teman untuk mengikuti kegiatan bedah buku walaupun hanya dari media sosial. Buku
yang akan aku bedah sendiri yaitu Buku Melawan Konspirasi Global di Teluk
Jakarta.
Acara bedah buku “Melawan Konspirasi Global di Teluk
Jakarta” sendiri dilakukan pada Rabu, 15
Agustus 2018 di Sanggar Maos Tradisi (SMT), Sleman, Yogyakarta. Buku yang ditulis
oleh Ahmad Khoirul Fata dan MD Aminudin ini diluncurkan pada Kamis, 31 Mei 2018
di Museum Kebangkitan Nasional, Jakarta.
Diskusi bedah buku ini dihadiri oleh beberapa narasumber
yaitu:
- Dr Aris Arief Mundayat (Dosen Lembahanas),
- Dr. Arie Sujito (Sosiolog UGM),
- Nova Sofyan Hakim (Ketua Federasi Pekerja Pelabuhan Indonesia) dan
- Dimoderatori oleh Ahmad Fadli, pegiat SMT.
Bedah buku ini tidak hanya diadakan di Yogyakarta saja,
tetapi selanjutnya akan diadakan diskusi di kampus-kampus seluruh Indonesia. Tujuan
diadakannya bedah buku ini adalah agar para peserta bedah buku ini memahami
persoalan Teluk Jakarta yang sebenarnya, dan juga agar masyarakat tahu bahwa
pelabuhan itu seharusnya tidak dikelola oleh pihak asing.
Sampai saat ini nyatanya JICT melakukan kontrak kerja sama
untuk kedua kalinya dengan perusahaan asal Hongkong yaitu Hutchison Port, yang
dimana sudah dianggap melewati batas dan aturan yang berlaku di Negara
Indonesia. Perpanjangan kontrak ini dilakukan secara sepihak oleh Direktur
Utama Pelindo II , RJ Lino pada 2014. Perpanjangan kerja sama ini mengakibatkan
merosotnya ekonomi Indonesia dan menurunnya kesejahteraan rakyat.
Serikat Pekerja (SP) JICT adalah mereka yang sadar bahwa mereka
tidak boleh tinggal diam, hanya pasrah kepada keadaan.
Dalam acara bedah buku ini ada 7 pokok bahasan yang
didiskusikan, yaitu:
- Pelabuhan merupakan asset strategis bangsa
- Ada kecenderungan asset-aset strategis dijadikan jaminan utang, seperti JICT dan TPK Koja
- Dengan dijadikannya jaminan, ada kemungkinan jatuh ke tangan asing
- Hal-hal seperti di JICT (Pelindo II) banyak diduplikasi oleh BUMN lainnya
- Jika dibiarkan terus, maka akan mengganggu kedaluatan suatu bangsa
- Jika terlambat, maka kejadian di Pelabuhan Hambatonta, Sri Lanka bisa terjadi di Indonesia
- Saatnya pemerintah turun tangan untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut.
Sebagai warga Indonesia, buku ini dapat menjadi tambahan
referensi untuk kita semua agar lebih peduli dengan kedaulatan maritim
Indonesia. Karena kalau bukan kita siapa lagi yang akan peduli dengan
kedaulatan maritim Indonesia?
Sangat enarik sekali acara seperti itu, kita bisa menjadi mengerti apa isi buku buku yang kita baca, tidak hanya membaca saja tapi juga mengupas isinya.
BalasHapusBedah buku ini memang perlu apalagi indonesia negara kepulaun yang harus di jaga, jangan sampai di caplok negara tetangga
BalasHapus