7tahun yang lalu tepatnya 02 April 2011 di usiaku yang ke23 tahun aku memutuskan untuk menikah dengan seorang laki-laki yang sudah menjadi teman dekatku selama 1tahun ini. Ketika memutuskan untuk menikah aku hanya memikirkan kesenangan saja karena sekarang sudah bebas bisa pulang malam bersama laki-laki yang suka sekali pakai topi ini.
Awal pernikahan diiringi rasa bahagia yang sangat luar biasa, belum lagi beberapa bulan setelah menikah aku dikabarkan positif hamil. Karena memang kami tidak ingin menunda momongan kabar aku hamil sangat lah membuat kami bahagia yang luar biasa. Di tambah lagi kehamilan aku merupakan cucu pertama bagi keluarga aku dan suamiku.
Mungkin karena perubahan hormon, efek lelah sebagai wanita karier mood aku berubah menjadi wanita yang jauh lebih sensitif dan mudah tersinggung. Disitulah ada kerikil-kerikil kecil di dalam pernikahan kami, aku yang cendrung lebih mudah marah karena hal yang sepele membuat suamiku yang awalnya sabar menjadi terpancing juga.
Sampai akhirnya keegoisan aku membuat anak pertamaku menjadi korban, bisa baca di Kesalahan Aku Di Masa Lalu. Tapi laki-laki yang terpaut usia 5tahun lebih tua dari aku ini selalu memberikan aku support dan selalu sabar menghadapi semua sikap aku. Bahkan laki-laki yang hobi mancing ini mengajarkan aku bahwa kalau ada masalah dengan keluarga kita jangan sampai orang tua kita atau orang lain tahu, biarkan itu menjadi rahasia kita berdua.
Ternyata tidak mudah dan tidak seindah yang dibayangkan menikah di usia muda itu, aku dulunya hanya membayangkan apabila menikah muda dan memiliki anak nantinya bisa menjadi teman dengan anak kita. Menikah itu perlu rencana yang matang bukan hanya rencana materi saja tapi rencana psikologis juga perlu.
Nah ini yang bisa aku ambil dari acara beberapa hari yang lalu dengan BKKBN di Taman Mini Indonesia Indah. Acara yang bertujuan untuk memperingati hari keluarga Nasional tepatnya tanggal 29 Juni 2018 ini menghadirkan :
- Ibu Eka Sulistya Ediningsih - Direktur Bina Ketahanan Remaja
- Roslina Verauli - Psikolog Anak, Remaja dan Keluarga
- Resi Prasasti - Founder Blogger Plus Community
![]() |
Para pembicara di Cinta Terencana Pic : IG BKKBN |
Menurut Ibu Eka Sulistya Ediningsih dalam peraturan pemerintah juga disebutkan batas ideal usia untuk menikah wanita di atas 21 tahun, pria di atas 25 tahun. Nah disini berarti aku dan pak suami sudah memenuhi usia ideal untuk menikah.
Walaupun dalam UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan, usia 16 tahun itu sudah dapat melangsungkan pernikahan. Mengutip data dari Koalisi Perempuan Indonesia, di mana Indonesia menempati posisi peringkat kedua di Asia dan peringkat ke -10 di dunia dalam praktik perkawinan anak.
Karena jika menikah di usia dini, kesiapan mental dari sisi psikologis belum matang, dari segi ekonomi juga masih bergantung kepada orangtua, dari segi pendidikan masih kurang dan organ reproduksinya pun masih belum siap untuk kehamilan dan menyusui walaupun jika anaknya sudah aqil baligh.
Aku saja yang usianya sudah ideal untuk menikah tapi psikologis aku belum matang karena awalnya aku seorang wanita yang manja, selalu disiapkan segala sesuatunya nah disaat menikah aku harus menyiapkan sesuatu sendiri bahkan harus menyiapkan untuk pak suami juga.
Manusia juga akan mengalami 5 transisi kehidupan, yaitu :
- Belajar sampai tuntas, minimalnya hingga SMU, lebih baik lagi hingga gelar Sarjana
- Masuk ke dunia kerja, ketika semua teori semasa sekolah dan kuliah dengan universitas kehidupan akan terasa berbeda, saat kita masuk dunia kerja, sudah punya penghasilan sendiri, dan lebih baik lagi bisa ngasih kepada orang tua
- Menikah di usia ideal sesuai peraturan pemerintah, aku menikah disaat usia 27 tahun dan di saat suamiku usia 28 tahun ketika sudah menyandang gelar sarjana dan profesi dan sama-sama masuk kerja
- Bisa berinteraksi dengan lingkungan, ketika sekolah dan kuliah mungkin kita hanya bergaul dengan teman dan orangtua juga saudara, ketika sudah lulus dan bekerja bahkan menikah, kita akan membaur dengan masyarakat dan tetangga yang berasal dari berbagai daerah
- Berperilaku hidup sehat, sesuai salam GenRe/Generasi Berencana, yaitu say no early marriage, no sex before marriage and no drugs
Lain lagi menurut Psikolog Verauli, dari segi psikologis usia layak menikah adalah di usia 20 tahun-an keatas, karena pernikahan tersebut mampu mengeliminer resiko berkaitan dengan dampak menikah usia dini.Ketika menikah di bawah usia 20 tahun, bisa saja gagal karena tidak mampu menyelesaikan gejolak emosi remaja.
Aku pun merasakan gejolak ini karena aku merasa menikah di usia muda banyak hal yang tidak bisa kita lakukan lagi, misalnya hang out bersama teman-teman. Tapi bersyukurnya aku masih bisa melakukan hal tersebut karena suamiku selalu mau ikut dan berkenalan dengan teman-teman aku.
Sebaiknya sebelum memutuskan untuk menikah kita harus tahu terlebih dahulu motif menikh kita untuk apa. Ada 2 motif menikah yaitu motif menikah positif dan motif menikah negatif.
Motif menikah yang positif :
- karena cinta
- ingin punya keturunan
- memiliki teman hidup
Motif yang negatif :
- balas dendam
- bayar hutang
- numpang hidup
- hamil di luar nikah
Indikator pernikahan sendiri dikatakan berhasil apabila :
- Mandiri emosional, jangan berantem dikit lapor ortu atau mertua, nah ini yang papa Haidar ajarkan ke aku.
- Mandiri finansial, suami sebagai kepala rumah tangga sudah mampu menafkahi istri dan anaknya dari penghasilannya bekerja, alhamdulillah ini sudah terpenuhi.
- Tanggung jawab, suami kerja cari nafkah, istri di rumah ngurus rumah dan anak, tapi suami bisa bantu pekerjaan rumah dan bantuin ngurus anak, istri bisa juga berpenghasilan sesekali keluar rumah dengan ijin suami, untuk kegiatan positif mengembangkan diri dan nambah ilmu yang bermanfaat.
Alhamdulillah laki-laki yang sudah menjadi imam aku ini selalu mau membantu pekerjaan rumah dan mengurus Haidar di waktu senggang. Bahkan selalu memberikan aku kebebasan untuk melakukan hal-hal positif misalnya pergi ke acara-acara yang dapat menambah ilmu.
Prediktor pernikahan bisa dikatakan berhasil apabila :
- Bisa mengatasi konflik dengan baik
- Komunikasi yang baik.
Kadang yang suka membuat kita bertengkar atau berselisih paham kerena cara komunikasi kita dengan pasangan kurang baik. Sebaiknya kita perhatikan cara komunikasi yang positif terhadap pasangan, antara lain :
- Mendengar saat orang lain berbicara
- Berbicara menimpali obrolan agar komunikasi bisa dua arah
- Membuka diri, saat mengobrol kita harus membuka diri mengemukakan apa yang di dalam hati kita,
- Jelas, maksud tujuan pembicaraan juga artikulasi dan intonasi diperhatikan
- Fokus, pada topik yang dibicarakan
- Respek, menghargai lawan bicara dan memberi solusi yang baik
- Hormat, bicara dengan nada halus tapi jelas terdengar tidak dengan emosi dan nada tinggi saat bicara
Mulai saat ini aku ingin mencoba berkomunikasi yang baik dengan laki-laki yang sudah memberiku 2orang anak yang ganteng ini. Karena kadang aku masih belum bisa menerima masukan dari pasangan dan aku merasa masukan aku itu yang harus dilakukan.
Jadi bagi kalian yang belum menikah lebih baik di rencanakan secara materi dan psikologis agar terwujud pernikahan yang bahagia dengan cinta terencana dan bagi kita yang sudah menikah bagaimana caranya agar menjadikan keluarga kita jauh lebih bahagia dengan cinta terencana.
ciyeh, so sweet banget sih ceritanya mak..tak menyangkan dirimu menikah muda yah, keuren.. Sharingnya berguna banget yah, apalagi yang tentang berkomunikaso positif, buat diriku yg lgi persiapan nikah bisa menjadi bekal kelak. Terima kasih banyak mak sadewi,
BalasHapusSalam inspirasi,
sesuapnasi
Komunikasi memang menjadi kunci utama dlm menjaga keharmonisan bersama pasangan ya mba..semoga selalu sakinnah
BalasHapusJalan Jalan sore sama teman Teman mungkin sudah tidak bisa di lakukan lagi ketika menikah, akan tetapi sudah ada pengawal seumur hidup yang siap mengantarkan tanpa rasa malas
BalasHapusSepakat banget nih.
BalasHapusApa-apa memang harus direncanain baik-baik ya. :D
Biasanya kalau kita sudah siap menikah harus tau dulu tujuan menikah, yang pasti harus siap segalanya. Apalagi mental kita karena pernikahan adalah babak baru dalam kehidupan.
BalasHapusLanggeng terus ya bu Sadewi pernikahannya bersama si abang pake topi. Merencanakan menikah itu memang harus.
BalasHapusHmmm komunikasi memang diperlukan.. ini yg susah.. smp skrg yg namanya kerikil di saya dan istri ya.. itu.
BalasHapusKomunikasi nomor satu dlm keluarga ya, smoga samara ya dew, aamiin
BalasHapusBener nih. Nikah itu banyak yh harus dipersiapkam. Psikologis, materi, kedewasaan dan kematangan berpikir. Karena kedepannya kita akan serba sendiri. Dan di situlah titik mula kita akan berjuang ya mba sadew. Duh saya yg laki suka mikir2 rasanya ngambil anak gadis dr bapaknya se wah apa ya ... pasti deg deg ser nih pas ijab kabul.
BalasHapusIya memang betul, usia memang mempengaruhi pola pikir kedua belah pihak. Jd jangan terlalu muda dan jangan terlalu tua seharusnya ya.
BalasHapusIya nih sebelum memutuskan untuk menikah, perlu tahu motivasi dari kedua belah pihak.
BalasHapusmaterinya bagus ya sudah saatnya menikah itu bukan hanya euforianya aja yang dipikirin ya
BalasHapusaku jadi penasaran mbak, motif nikah yang bales dendam maksudnya apaa hihihi
BalasHapusSmoga dengan pernikahan yg terencana, akan bahagia sampai hayat memisahkan
BalasHapusMasalahhnya adalah di kampung-kampung masih banyak sekali usia menikah muda bahkan wanita yang usianya belasan sudah disuruh menikah oleh orang tua. Ini salah satu faktor yang membuat generasi muda penerus (anak2 mereka) jd tdk berpendidikan krn orang tuanya blm mampu secara ekonomi.
BalasHapusMenikah harus dipersiapkan dengan matang ya. Saya sendiri nikah muda 21 tahun hehe
BalasHapusmba dewi manfaat banget informasinya, aku suka banget dengan kegiatan berbau keluarga.. jadi banyak belajar
BalasHapusaku siap merencanakan ah.. eh tapi sekarang aku cari pasangan dulu yang siap merencanakan bersama
BalasHapusWell noted buat yang mau nikah juga nih. Hihihi. Thank you udah sharing yaaah
BalasHapusAku butuh 7 tahun untuk meyakinkan kalau hubungan yang lg ku bina ini udah mantap buat dibawa ke jenjang yang lebih serius. Sejujurnya, memilih pasangan hidup kan bukan soal nafsu aja ya kak, masih ada tahapan-tahapan lainnya juga yg kudu dipikirin
BalasHapusKomunikasi PR dalam berumah tangga ya mbak. Coba saya sebelum nikah ikut acara beginian, lebih matang persiapan mentalnya :D
BalasHapusAku juga merencanakan semua untuk berkeluarga walaupun pacaran 1 bulan udah langsung merencanakan nikah hehehe alhamdulillah 6 bulan kemudian nikah dan merencanakan punya anak berapa hingga sampai biaya pendidikan juga ya sesuatu lah pokoknya.
BalasHapusKisah keluarga terencana yang menarik, yang bisa menjadi masukan bagi siapapun yang ingin menikah dalam usia dan psikologis yang sudah cukup.
BalasHapusWah pas banget nih buat wawasan ku, sebentar lagi aku mw merit pula, hihihi. Makasih sharingnya mbak Sadewi :)
BalasHapusWah hebat. Umur 23 tahun udah terpikir nikah. Aku baru cari kerja itu mbak. Belum mikirin keluarga
BalasHapusaku menikah di usia 27 tahun, alhamdulillah ternyata itu sudah cukup ideal ya :) aku menikah di umur segitu karena ingin merasakan dunia kerja dulu dan membahagiakan adik2 serta ortuku dulu
BalasHapusaku suka informasi ini, bermanfaat banget buat pembelajaran meskipun sudah 7 tahun menikah